in ,

Survei: Hanya 44 Persen Warga Korea Selatan yang Menganggap Penyatuan dengan Korea Utara Diperlukan

Survei dilakukan terhadap 1.200 responden

CakapCakapCakap People! Hanya 44 persen warga Korea Selatan yang berpikir bahwa reunifikasi dengan Korea Utara diperlukan. Demikian hasil sebuah survei menunjukkan pada Selasa, 5 Oktober 2021.

Menurut survei dari 1.200 orang dewasa yang dilakukan oleh Institut Studi Perdamaian dan Unifikasi (IPUS) di Universitas Nasional Seoul, sebanyak 44,6 persen menjawab bahwa penyatuan (unifikasi) Korea diperlukan. Ini adalah catatan persentase terendah sejak survei dimulai pada 2007, seperti dikutip kantor berita Yonhap.

Proporsi mereka yang menjawab bahwa penyatuan Korea tidak perlu dilakukan mencapai 29,4 persen, data survei menunjukkan.

Sebanyak 44,6 persen responden menjawab bahwa penyatuan (unifikasi) Korea diperlukan. Ini adalah catatan persentase terendah sejak survei dimulai pada 2007 [Foto: Reuters]

Lembaga tersebut mengutip pembongkaran kantor penghubung antar-Korea oleh Korea Utara tahun lalu dan gagalnya KTT Hanoi pada Februari 2019 antara Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un sebagai beberapa faktor yang mempengaruhi hasil terbaru.

Dari seluruh responden yang disurvei, sebanyak 82,7 persen (angka tertinggi sepanjang masa) mengatakan mereka menganggap Amerika Serikat sebagai mitra kerja sama, sementara 70,7 persen mengatakan mereka yakin Washington akan membantu Seoul jika perang pecah di Semenanjung Korea.

Survei tersebut memiliki margin of error plus atau minus 2,8 poin persentase dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

Proporsi mereka yang menjawab bahwa penyatuan Korea tidak perlu dilakukan mencapai 29,4 persen, data survei menunjukkan. [Foto: Reuters]

Korea Utara pada Rabu, 11 Agustus 2021, mengatakan bahwa Korea Selatan dan Amerika Serikat melewatkan kesempatan untuk meningkatkan hubungan dan mempertaruhkan “krisis keamanan yang serius” dengan memilih untuk meningkatkan ketegangan saat mereka melakukan latihan militer bersama.

Reuters melaporkan, Kim Yong Chol, seorang jenderal dan politisi yang memainkan peran utama selama pertemuan bersejarah antara pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan mantan Presiden AS Donald Trump, mengkritik Korea Selatan dan Amerika Serikat karena menanggapi niat baik Pyongyang dengan “tindakan bermusuhan”.

Pernyataan itu muncul sehari setelah Kim Yo Jong, saudara perempuan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, memperingatkan Seoul dan Washington mengenai latihan militer gabungan tahunan yang pada Agustus 2021 lalu.

Comments

One Ping

  1. Pingback:

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Slogan Penolakan Holocaust Dan Grafiti Antisemit Ditemukan Di Auschwitz

Australia Tidak Akan Menyambut Turis Asing Hingga 2022