in ,

Studi: Orang yang Tidak Divaksinasi COVID-19 Dua Kali Lebih Mungkin Terinfeksi Kembali

Studi baru ini didasarkan pada 246 orang dewasa di Kentucky yang terinfeksi ulang pada Mei hingga Juni tahun ini setelah sebelumnya terinfeksi pada 2020.

CakapCakapCakap People! Orang yang tidak divaksinasi lebih dari dua kali lebih mungkin untuk terinfeksi ulang dengan COVID-19 daripada yang divaksinasi penuh. Demikian hasil sebuah studi yang dilakukan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) pada Jumat, 6 Agustus 2021.

Melansir The Straits Times, badan itu mengatakan temuan itu mendukung rekomendasinya “bahwa semua orang yang memenuhi syarat ditawarkan vaksinasi COVID-19, terlepas dari status infeksi Sars-CoV-2 sebelumnya.”

Orang-orang berkumpul selama demonstrasi anti-vaksin di Central Park, New York City pada 24 Juli 2021. Analisis menemukan bahwa orang yang tidak divaksinasi 2,34 kali lebih mungkin terinfeksi ulang dibandingkan dengan orang yang divaksinasi penuh dengan vaksin Pfizer, Moderna atau Johnson & Johnson. [Foto: REUTERS]

Beberapa politisi AS, termasuk Senator Rand Paul, di masa lalu mengatakan mereka tidak berencana untuk mengambil suntikan vaksin COVID-19 karena menurutnya kekebalan alami mereka berasal dari infeksi sebelumnya.

Studi baru ini didasarkan pada 246 orang dewasa di Kentucky yang terinfeksi ulang pada Mei hingga Juni tahun ini setelah sebelumnya terinfeksi pada 2020.

Mereka dibandingkan dengan 492 “kontrol” yang dicocokkan berdasarkan jenis kelamin, usia, dan waktu tes positif awal.

Analisis menemukan bahwa orang yang tidak divaksinasi 2,34 kali lebih mungkin terinfeksi ulang dibandingkan dengan orang yang divaksinasi penuh dengan vaksin Pfizer, Moderna atau Johnson & Johnson.

Durasi kekebalan yang didapat dari infeksi masih kurang dipahami dan mungkin dipengaruhi oleh darurat varian yang lebih baru, kata makalah tersebut.

Misalnya, penelitian laboratorium telah menunjukkan bahwa sampel darah dari orang yang sebelumnya terinfeksi dengan jenis asli Wuhan memiliki respons antibodi yang buruk terhadap varian Beta yang pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan.

Salah satu keterbatasan penelitian ini adalah dilakukan sebelum Delta menjadi strain dominan di Amerika Serikat.

Ilustrasi virus corona. [Foto: Reuters]

COVID-19 Global

Virus corona baru yang menjadi penyebab penyakit COVID-19 ini telah menginfeksi lebih dari 202 juta orang secara global sejak pandemi dimulai pada Desember 2019. Amerika Serikat masih menjadi negara  dengan kasus infeksi tertinggi di dunia dengan mencatat lebih dari 36,4 juta kasus.

Angka kematian COVID-19 global kini telah mencapai 4,3 juta orang saat penulisan artikel ini.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Gedung Putih: 50 Persen Warga Amerika Sudah Divaksinasi COVID-19 Secara Penuh

Laporan: Donald Trump Tampaknya Belum Sumbangkan Gaji Enam Bulan Terakhirnya Sebagai Presiden AS Seperti yang Dijanjikan