in ,

Presiden Jokowi Akui Indonesia Alami “Krisis Ekonomi Terburuk dalam Sejarah” Akibat Pandemi COVID-19

Indonesia telah mencatat lebih dari 135 ribu orang yang terjangkit virus corona baru ini.

CakapCakapCakap People! Presiden Joko Widodo mengungkapkan nada optimis saat menyampaikan pidato kenegaraan di Gedung MPR/DPR RI pada hari Jumat, 14 Agustus 2020, saat mengakui bahwa negara ini sedang mengalami “krisis ekonomi terburuk dalam sejarah” karena pandemi COVID-19.

Dampak ekonomi global dari pandemi ini begitu parah sehingga semua negara di dunia “harus menjalani proses singkat untuk shutdown, restart, dan reboot“, kata presiden saat mengibaratkan krisis dengan “kerusakan komputer”.

View this post on Instagram

Ibarat komputer, perekonomian semua negara saat ini sedang macet, sedang hang. Semua negara harus menjalani proses mati komputer sesaat, harus melakukan re-start, harus melakukan re-booting. Semua negara mempunyai kesempatan men-setting ulang semua sistemnya. Bagi kita, seperti saya sampaikan tadi, inilah saatnya kita membenahi diri secara fundamental, melakukan transformasi besar, menjalankan strategi besar di berbagai bidang. Target kita bukan hanya lepas dari pandemi, bukan hanya keluar dari krisis. Langkah kita adalah melakukan lompatan besar memanfaatkan momentum krisis yang saat ini sedang terjadi. Menjadikan Indonesia setara dengan negara-negara maju. Menjadikan Indonesia Maju yang kita cita-citakan.

A post shared by Joko Widodo (@jokowi) on

“Krisis ekonomi yang sedang berlangsung juga merupakan yang terburuk dalam sejarah. Pada kuartal pertama 2020, ekonomi kita tumbuh 2,97%, tetapi kuartal kedua pertumbuhannya menyusut 5,32%,” kata Presiden Jokowi kepada anggota MPR dalam Sidang Istimewa Tahunan MPR RI jelang hari Kemerdekaan RI, Jumat, 14 Agustus 2020, melansir Jakarta Globe.

Melihat bahwa sebagian besar negara maju semakin terjerumus ke dalam krisis, Presiden mengatakan bahwa situasi global menawarkan peluang bagi Indonesia untuk “mengejar ketertinggalan” dan melakukan “lompatan besar-besaran”.

“Inilah saatnya kita memperbarui diri secara fundamental, melakukan transformasi besar-besaran, menerapkan grand strategy di bidang ekonomi, hukum, pemerintahan, sosial, budaya, kesehatan dan pendidikan,” ujarnya.

“Kita harus mengubah krisis ini menjadi peluang untuk membuat lompatan besar. Di usia 75 tahun, kita telah muncul sebagai negara berpenghasilan menengah ke atas. Dan 25 tahun dari sekarang, pada peringatan seratus tahun Republik Indonesia, kita harus mencapai kemajuan besar dan menjadikan Indonesia negara maju. ”

Ia mengatakan krisis memiliki sisi positif dalam bagaimana ia membawa perubahan pada cara kerja pemerintah dan rakyat, dari cara standar menjadi cara yang luar biasa, dari prosedur yang panjang dan rumit hingga jalan pintas yang cerdas dan dari berorientasi prosedur menjadi berorientasi hasil.

View this post on Instagram

Pandemi Covid-19 memaksa kita melakukan reformasi fundamental dalam cara kita bekerja, juga menguji kesiapsiagaan dan kecepatan kita. Kita harus mengevakuasi WNI dari wilayah pandemi di Tiongkok. Kita harus menyiapkan rumah sakit, rumah isolasi, obat-obatan, alat kesehatan, dan mendisiplinkan protokol kesehatan. Semuanya harus dilakukan secara cepat, dalam waktu yang sangat singkat. Ketika krisis kesehatan tersebut berdampak pada perekonomian nasional, kita juga harus cepat bergerak: memberikan bantuan sosial bagi masyarakat melalui bantuan sembako, bansos tunai, subsidi dan diskon tarif listrik, BLT Desa, dan subsidi gaji; membantu UMKM untuk memperoleh restrukturisasi kredit, memperoleh banpres produktif berupa bantuan modal darurat, dan membantu pembelian produk-produk mereka; membantu tenaga kerja yang menjadi korban PHK, antara lain melalui bantuan sosial dan Program Prakerja. Ini sesuatu yang tidak mudah. Untuk itu semua, pemerintah cepat melakukan perubahan rumusan program; menyesuaikan program kerja dengan situasi terkini; melakukan realokasi anggaran dalam waktu singkat; menerbitkan Perppu No.1 Tahun 2020, yang kemudian disetujui oleh DPR menjadi UU No.2 Tahun 2020; bersinergi dengan BI, OJK, dan LPS untuk memulihkan perekonomian.

A post shared by Joko Widodo (@jokowi) on

COVID-19 di Indonesia

Sebagaimana diketahui, Indonesia telah melaporkan total sebanyak 135.123 orang yang terjangkit virus corona baru  yang menyebabkan penyakit COVID-19 setelah menambahkan 2.300 kasus baru per Jumat, 14 Agustus 2020.

Jumlah pasien COVID-19 yang sembuh atau dipulangkan melonjak 2.060 orang di seluruh negeri dengan total 89.618, atau 66 persen dari total kasus per Jumat.

Sedangkan untuk korban meninggal dunia usai terinfeksi COVID-19 secara nasional mencapai 6.021, meningkat sebanyak 53orang dari sehari sebelumnya.

*Featured Image: Instagram Presiden Joko Widodo

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Ini loh 4 Rekomendasi Hotel yang Aman untuk Staycation Saat New Normal!

Perusahaan Farmasi Pfizer di New York Ini Sukses Uji Coba Vaksin COVID-19, Ini Hasilnya!