in ,

Para Peneliti di Inggris Ingatkan Gelombang Kedua COVID-19 di Musim Dingin

Kondisi tersebut dapat membahayakan ratusan ribu nyawa jika krisis musim dingin dan COVID-19 terjadi bersamaan.

CakapCakapCakap People! Sebanyak 37 peneliti dari Akademi Kedokteran Inggris membuat laporan soal resiko gelombang kedua pandemi COVID-19 pada musim dingin. Kondisi tersebut dapat membahayakan ratusan ribu nyawa jika krisis musim dingin dan COVID-19 terjadi bersamaan.

Layanan Kesehatan Nasional (NHS) Inggris diperkirakan kesulitan menangani lonjakan pasien COVID-19 karena di waktu yang sama ada kasus flu musim dingin. Pandemi COVID-19 gelombang satu saja sudah membuat tenaga kesehatan mengalami sakit dan terganggunya layanan operasi.

Foto ilustrasi. Sebanyak 37 peneliti dari Akademi Kedokteran Inggris membuat laporan soal resiko gelombang kedua pandemi COVID-19 pada musim dingin. [Foto: Elite Readers]

“Perhitungan ini mengindikasikan angka kematian bisa lebih tinggi pada gelombang kedua di musim dingin, tapi resiko ini bisa dikurangi jika mengambil langkah secepatnya,” kata ketua tim laporan tersebut, Stephen Holgate dilansir dari The Independent pada Selasa, 14 Juli 2020.

Dalam kalkulasi skenario terburuk, jumlah kematian akibat COVID-19 di musim dingin bisa mencapai 120 ribu pasien rumah sakit selama september-Juni 2021. Ini belum ditambah kematian penderita COVID-19 yang tak dirawat rumah sakit.

Diperlukan langkah drastis guna memecah kekhawatiran ini agar tak sampai terjadi. Pemerintah Inggris disarankan menyiapkan skema bertahan di musim dingin. 

Caranya dengan peningkatan tes COVID-19 dan sistem pelacakan. Solusi lainnya ialah menyiapkan skema vaksinasi flu dan sistem pemantauan penyakit secara nasional.

“Dengan rendahnya kasus COVID-19 saat ini, maka inilah peluang penting menyiapkan diri menghadapi skenario terburuk di musim dingin,” ujar Holgate yang juga Professor dari University Hospital Southampton.

Ilustrasi. [Foto: Elite Readers]

Kasus flu dan COVID-19 bisa mencapai ratusan ribu pada musim dingin hingga sulit dibedakan tanpa tes. Diperkirakan puncak COVID-19 pada musim dingin terjadi di Januari-Februari dimana di waktu yang sama layanan kesehatan menghadapi pasien flu musim dingin.

Penelitian ini sendiri dilakukan selama enam pekan mencakup estimasi jumlah kematian jika penderita COVID-19 naik lagi secara drastis. Skenario ini belum menghitung jika dilakukan lockdown lagi dan penggunaan dexamethasone yang disebut menyembuhkan sepertiga pasien COVID-19 dalam kondisi amat parah.

THE INDEPENDENT | REPUBLIKA

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Yuk Buat Camilan Sehat Cheetos Tahu Kekinian, Cuma Butuh 4 Bahan!

Akan Bubarkan 18 Lembaga Negara, Sebelumnya Jokowi Telah Bubarkan 23 Lembaga Ini