in ,

Para Investor Lepas Saham di Bursa Thailand Akibat Aksi Demo yang Semakin Memanas

Aksi jual hari ini adalah yang paling tajam dalam empat bulan karena jumlah pengunjuk rasa yang besar.

CakapCakapCakap People! Para investor melepas saham-saham mereka di bursa Thailand pada hari Senin, 19 Oktober 2020 dan analis memperingatkan kemungkinan aksi jual mata uang, karena meningkatnya kekhawatiran meningkatnya konfrontasi antara pihak berwenang dan pengunjuk rasa anti-pemerintah dapat menyeret pasar berkinerja terburuk di Asia ke level yang lebih rendah.

Melansir Reuters, Senin, 19 Oktober 2020, indeks ekuitas acuan Thailand, SETI turun 2% ke level terendah dalam enam bulan dalam perdagangan pertama sejak polisi mengarahkan meriam air ke pengunjuk rasa di pusat kota Bangkok pada Jumat malam dalam bentrokan paling keras selama berbulan-bulan demonstrasi.

Aksi jual hari ini adalah yang paling tajam dalam empat bulan karena jumlah pengunjuk rasa yang besar pada protes harian sejak larangan pertemuan diumumkan pada pekan lalu yang meningkatkan ketegangan di kedua belah pihak.

Ilustrasi. [Foto: Pixabay]

“Perkembangan politik baru-baru ini mulai dari demonstrasi hingga deklarasi keadaan darurat untuk Bangkok mengganggu saraf investor,” kata Kobsidthi Silpachai, kepala riset pasar modal Kasikornbank.

“Suasana seperti ini mendorong investor untuk mengurangi risiko karena kondisi yang semakin business not as usual,” tambahnya.

Baht Thailand di sisi lain turun 0,1% pada hari ini di saat mata uang AS melemah terhadap sebagian besar mata uang lainnya.

Prakash Sakpal, ekonom senior Asia di ING, mengatakan mata uang yang masih bisa bertahan sejauh ini juga bisa menyerah pada risiko politik yang meningkat.

“Aksi jual pasar ekuitas hari ini tampaknya menjadi awal dari tren itu,” katanya.

Demonstran pro-demokrasi menggelar aksi protes anti-pemerintah di Bangkok, Thailand, Minggu, 18 Oktober 2020. [Foto: REUTERS / Peeradon Ariyanukooltorn]

Para pengunjuk rasa meminta pencopotan Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha yang merupakan mantan pemimpin junta, dan reformasi untuk mengurangi kekuasaan monarki. Prayuth mengatakan dia tidak akan mundur dan Istana Kerajaan tidak mengomentari protes tersebut.

Thailand telah mengalami rekor arus keluar ekuitas senilai US$ 9,3 miliar sepanjang tahun ini karena pandemi COVID-19 menghancurkan ekonomi negara tersebut.

“Pariwisata domestik mungkin benar-benar mati jika aksi protes berkepanjangan, karena mereka menyebar ke mana-mana,” kata Chairat Triratanajaraspon, presiden Dewan Pariwisata Thailand.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Polisi Thailand Perintahkan Penyelidikan Empat Media yang Meliput Aksi Demo, Termasuk Membatasi Telegram

Pemerintah Mengganjar Denda Rp7,5 Juta Bagi yang Nekat Bawa Paksa Jenazah Covid-19