in ,

Mayoritas Milenial dan Generasi Z Keluar dari Pekerjaan karena Kesehatan Mental

Banyak Milenial dan Generasi Z yang akhirnya meninggal akibat depresi karena konsumsi obat terlarang, alkohol dan aksi bunuh diri.

CakapCakapCakap People! Banyak hal atau faktor yang mendorong seseorang hingga akhirnya harus keluar dari pekerjaannya, mulai dari alasan ingin berkarir di tempat lain, melanjutkan studi, urusan keluarga, suasana kerja yang tak suportif, gaji yang tak layak, hingga alasan kesehatan mental.

Ya, kesehatan mental! Sebuah studi yang dilakukan oleh Mind Share Partners, SAP dan Qualtrics baru-baru ini menemukan fakta bahwa hampir 50 persen dari Milenial dan 75 persen Generasi Z keluar dari pekerjaan mereka karena masalah kesehatan mental.

Ilustrasi. Foto: Pixabay.

Penelitian yang dilakukan oleh 1.500 responden di beberapa tempat kerja di Amerika Serikat ini meninggalkan pesan yang mendalam perihal stigma kesehatan mental.

Business Insider melaporkan pada Senin, 7 Oktober 2019, depresi bagi generasi Milenial meningkat sejak tahun 2013, dengan angka kenaikan sebesar 47 persen pada tahun 2018.

Banyak Milenial dan Generasi Z yang akhirnya meninggal akibat depresi karena konsumsi obat terlarang, alkohol dan aksi bunuh diri. Salah satu hal yang membuat depresi akhirnya terjadi di lingkungan kerja adalah tren seperti burn out syndrome.

Ilustrasi. Foto: Pixabay.

Sindrom ini adalah istilah psikologi yang digunakan untuk menggambarkan perasaan kegagalan dan kelesuan akibat tuntutan yang terlalu membebankan tenaga dan kemampuan seseorang.

Masalah ini menjadi besar karena tren saat ini, karyawan dituntut untuk melakukan tugas yang lebih banyak, kekurangan staf pegawai, dan waktu kerja yang dilakoni relatif lebih panjang.

Hal-hal tersebut yang membuat dua generasi ini; Milenial dan Generasi Z akhirnya memilih untuk meninggalkan pekerjaannya, dibandingkan terbebani secara mental di tempat kerja.

Ilustrasi. Foto: Pixabay.

Sebanyak 86 persen responden untuk studi ini mendukung untuk mengingatkan tempat kerja agar mendukung kesehatan mental karyawannya.

“Tidak heran jika karyawan sebenarnya membutuhkan dukungan untuk meningkatkan keterikatan dan retensi di lingkungan tempat kerjanya. Jika ini tidak dilakukan, maka stigma tersebut akan terus berkembang,” ujar penulis dalam penelitian ini.

Alasan lain mengapa tren ini semakin berkembang adalah faktor finansial seperti masalah keuangan yang tengah dihadapi Milenial dan Generasi Z yakni, utang, biaya kesehatan hingga hunian dengan harga yang tak terjangkau lagi.

BUSINESS INSIDER | BISNIS

Comments

Leave a Reply

One Ping

  1. Pingback:

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Mau Bentuk Perut Rata dan Six Pack? Ini Tips dari Instruktur Kebugaran!

Banyak yang Tak Tahu, SoftBank Awalnya Hanya Punya 2 Pekerja Paruh Waktu Lho!