in ,

BREAKING NEWS: Indonesia Resmi Memasuki Resesi Pertama Sejak Krisis Keuangan 1998

Angka tersebut lebih buruk dari perkiraan kontraksi 3 persen oleh jajak pendapat analis Reuters, serta ekspektasi Presiden Joko Widodo, namun masih lebih sempit dari kontraksi kuartal kedua sebesar 5,32 persen.

CakapCakapCakap People! Indonesia secara resmi memasuki resesi pertamanya sejak krisis keuangan Asia 1998 karena ekonominya berkontraksi lagi pada kuartal ketiga, meskipun pada kecepatan yang lebih lambat, karena pemerintah telah mengizinkan lebih banyak kegiatan ekonomi untuk dilanjutkan setelah pelonggaran pembatasan virus corona.

Perekonomian terbesar di Asia Tenggara ini menyusut 3,49 persen secara tahunan di kuartal ketiga, karena hampir semua komponen produk domestik bruto (PDB) turun di tengah kenaikan kasus COVID-19 yang terus menerus. Demikian diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada hari Kamis, 5 November 2020.

Angka tersebut lebih buruk dari perkiraan kontraksi 3 persen oleh jajak pendapat analis Reuters, serta ekspektasi Presiden Joko Widodo, namun masih lebih sempit dari kontraksi kuartal kedua sebesar 5,32 persen.

Ilustrasi mata uang rupiah. [Foto: Pixabay]

Perekonomian memasuki resesi jika mencatat pertumbuhan negatif selama dua kuartal berturut-turut.

Menurut BPS, ekonomi Indonesia rebound 5,05 persen kuartal ke kuartal (qoq) dalam periode Juli hingga September, berbanding terbalik dari kontraksi 4,19 persen qoq yang tercatat di kuartal kedua.

“Meski ekonomi terus mengalami kontraksi, ada peningkatan signifikan dalam aktivitas ekonomi dibandingkan kuartal kedua,” kata kepala BPS Suhariyanto kepada wartawan dalam sebuah virtual briefing, The Jakarta Post melaporkan.

“Kami berharap aktivitas ekonomi akan semakin membaik pada kuartal keempat dengan melonggarkan batasan sosial.”

Ketika daerah-daerah mulai secara bertahap mencabut pembatasan sosial skala besar (PSBB) dan kota-kota mulai dibuka kembali pada bulan Juni, kegiatan ekonomi mulai bergerak kembali pada triwulan ketiga. Namun, kegiatan ekonomi tidak mencapai tingkat sebelum virus korona, karena terus meningkatnya kasus COVID-19 menghambat pemulihan.

Jakarta bahkan mengaktifkan kembali PSBB “penuh” pada bulan September karena peningkatan kasus harian COVID-19 yang membebani sistem kesehatannya, sebelum menurunkannya kembali ke PSBB transisi pada bulan Oktober.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak 1,85 persen menjadi 5.199,69 pada pukul 11.51 WIB menyusul pengumuman BPS, sedangkan rupiah menguat 0,89 persen terhadap dolar Amerika Serikat menjadi Rp 14.435.

Ilustrasi virus corona. [Foto: Reuters]

Data BPS menunjukkan bahwa pengeluaran rumah tangga, yang menyumbang lebih dari 50 persen PDB, turun 4,04 persen – lebih lambat dari kontraksi 5,52 persen yang tercatat pada kuartal kedua – dipimpin oleh penurunan belanja transportasi, restoran dan hotel. Namun, belanja konsumen untuk perawatan kesehatan dan pendidikan meningkat dalam periode dari Juli hingga September.

Sementara itu, investasi menyusut 6,48 persen – lebih kecil dari kontraksi 8,61 persen pada April-Juni – karena bisnis mengurangi investasi mereka secara tajam pada mesin dan produk lainnya.

Ekspor dan impor masing-masing turun 10,82 persen dan 21,86 persen, mencerminkan penurunan perdagangan global dan permintaan domestik akibat dampak ekonomi dari pandemi virus corona.

Namun, pengeluaran pemerintah melonjak 9,76 persen pada kuartal ketiga untuk menutup kontraksi kuartal kedua 6,9 persen, didorong oleh belanja sosial dan modal yang lebih tinggi dalam upaya memerangi dampak pandemi.

Pemerintah telah mengalokasikan Rp 695,2 triliun (US $ 47 miliar) paket stimulus untuk menghidupkan kembali perekonomian, yang diperkirakan akan menyusut antara 0,6 persen dan 1,7 persen tahun ini.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Inggris Siap Rilis Vaksin COVID-19 Oxford pada Akhir Desember 2020 atau Awal 2021

Pemilu AS: Siapapun yang Terpilih ‘Biden atau Trump’, Indonesia Tetap Menang