in ,

Ahli Gizi dan Otak Harvard Hindari 5 Makanan Ini yang ‘Lemahkan Memori dan Fokus’

Jika kamu makan gorengan setiap hari, beralihlah misalnya seminggu sekali. Jika itu berhasil, cobalah menikmatinya sebulan sekali. Jika kamu tidak makan makanan yang digoreng, kamu sudah menuju masa-masa yang lebih bahagia!

CakapCakapCakap People! Berapapun usia kamu, tidak ada kata terlambat untuk mulai makan dengan cara yang memberi kamu peluang terbaik untuk mencegah demensia seiring bertambahnya usia dan memastikan kamu merasa fokus dan tajam setiap hari.

“Sebagai seorang psikiater nutrisi, anggota fakultas di Harvard Medical School dan penulis “This Is Your Brain on Food,” saya mempelajari bagaimana bakteri usus kita dapat memicu proses metabolisme dan peradangan otak yang memengaruhi memori,” Dr. Uma Naidoo, dalam tulisan artikelnya yang dimuat di CNBC, Minggu, 28 November 2021.

“Studi yang ada menunjukkan gagasan bahwa kita mungkin dapat mengurangi kemungkinan demensia dengan menghindari makanan yang dapat membahayakan bakteri usus kita dan melemahkan memori dan fokus kita,” ujarnya.

Berikut adalah daftar makanan dan minuman yang hindari atau dikurangi oleh Dr. Uma Naidoo, untuk melawan peradangan dan meningkatkan kesehatan otak, pemikiran yang tajam, dan pengambilan keputusan yang baik:

1. Gula tambahan

Ilustrasi. [Foto via Pixabay]

Otak menggunakan energi dalam bentuk glukosa, suatu bentuk gula, untuk bahan bakar aktivitas seluler. Namun, diet tinggi gula dapat menyebabkan kelebihan glukosa di otak, yang menurut penelitian dikaitkan dengan gangguan memori dan berkurangnya plastisitas hippocampus – bagian otak yang mengendalikan memori.

Mengkonsumsi makanan olahan yang tidak sehat seperti makanan yang dipanggang dan soda, yang sering sarat dengan gula halus dan tambahan – seringkali dalam bentuk sirup jagung fruktosa tinggi – membanjiri otak dengan terlalu banyak glukosa.

Meskipun setiap tubuh memiliki kebutuhan yang berbeda, American Heart Association merekomendasikan agar wanita mengkonsumsi tidak lebih dari 25 gram gula tambahan per hari, dan pria tetap di bawah 36 gram tambahan gula per hari.

2. Makanan yang digoreng

Ilustrasi. [Foto via Pixabay]

Kentang goreng, tempura, samosa, ikan dan keripik dan steak ayam goreng. Apakah mmakanan ini cukup membuatmu berliur?

Jika menyangkut kesehatan otak, ada baiknya mengurangi jumlah makanan gorengan yang kamu makan. Faktanya, satu penelitian yang melibatkan 18.080 orang menemukan bahwa diet tinggi makanan yang digoreng dikaitkan dengan skor yang lebih rendah dalam pembelajaran dan memori. Alasan yang mungkin: Rasa bersalah ini menyebabkan peradangan, yang dapat merusak pembuluh darah yang memasok darah ke otak.

Studi lain mengamati 715 orang dan mengukur tingkat depresi dan ketahanan mental mereka. Ini juga mendokumentasikan tingkat konsumsi gorengan mereka. Benar saja, para peneliti menemukan bahwa mereka yang mengonsumsi lebih banyak makanan yang digoreng lebih mungkin mengalami depresi dalam hidup mereka.

Jika kamu makan gorengan setiap hari, beralihlah misalnya seminggu sekali. Jika itu berhasil, cobalah menikmatinya sebulan sekali. Jika kamu tidak makan makanan yang digoreng, kamu sudah menuju masa-masa yang lebih bahagia!

3. Karbohidrat dengan kandungan glikemik tinggi

Ilustrasi. [Foto via Pixabay]

Bahkan jika makanan berkarbohidrat tinggi – misalnya, roti, pasta, dan apapun yang terbuat dari tepung halus – tidak terasa manis, tubuh kamu masih memprosesnya dengan cara yang sama seperti gula.

Itu berarti mereka juga dapat meningkatkan risiko untuk depresi. Jangan panik, kamu tidak akan disarankan untuk menghilangkan karbohidrat dari diet (pola makan) kamu sepenuhnya! Tetapi kualitas karbohidrat yang kamu makan adalah penting.

Pada tahun 2018, para peneliti berusaha mengevaluasi karbohidrat tertentu, jika ada, yang memiliki hubungan dengan depresi. Mereka memberikan kuesioner yang disebut “indeks kualitas karbohidrat” kepada 15.546 peserta.

Karbohidrat “berkualitas lebih baik” didefinisikan sebagai biji-bijian, makanan tinggi serat, dan yang berperingkat rendah pada indeks glikemik (GI). GI adalah ukuran seberapa cepat makanan berubah menjadi glukosa ketika dipecah selama pencernaan; semakin cepat makanan berubah menjadi glukosa dalam tubuh, semakin tinggi peringkat GI-nya.

Para peneliti menemukan bahwa orang yang memiliki skor tertinggi pada indeks kualitas karbohidrat, yang berarti mereka makan karbohidrat berkualitas lebih baik, 30% lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami depresi daripada mereka yang makan karbohidrat tinggi GI.

Karbohidrat GI tinggi termasuk kentang, roti putih, dan nasi putih. Madu, jus jeruk, dan roti gandum adalah makanan dengan GI sedang. Makanan rendah GI termasuk sayuran hijau, sebagian besar buah-buahan, wortel mentah, kacang merah, buncis dan lentil.

4. Alkohol

Ilustrasi. [Foto via Pixabay]

Sering menjumpai orang-orang dalam praktik menjalani kehidupan yang penuh tekanan. Pola pikir “bekerja keras, bermain keras” sering mengarah pada minum berlebihan di akhir pekan sebagai cara untuk menghilangkan stres. Sementara minum mungkin membuat mereka rileks pada saat itu, tetapi mereka akan menebusnya keesokan paginya, ketika mereka bangun dengan gelisah dengan kabut otak.

Archana Singh-Manoux, seorang profesor penelitian dan direktur di Institut Kesehatan dan Penelitian Medis Prancis, dan rekan-rekannya mengikuti 9.087 orang selama 23 tahun untuk melihat bagaimana alkohol terkait dengan kejadian demensia.

Pada tahun 2018, di British Medical Journal, mereka melaporkan bahwa orang yang benar-benar berpantang alkohol atau yang mengonsumsi lebih dari 14 minuman per minggu memiliki risiko demensia lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang minum alkohol dalam jumlah sedang.

Secara umum, pria yang mengonsumsi lebih dari 14 minuman per minggu atau lebih dari empat minuman dalam satu hari setidaknya sebulan sekali dianggap peminum berat, seperti halnya wanita yang minum lebih dari tujuh minuman per minggu atau tiga minuman per hari. Tetapi orang yang berbeda (dan otak mereka) merespons penyalahgunaan alkohol secara berbeda.

5. Nitrat

Ilustrasi. [Foto via Pixabay]

Digunakan sebagai pengawet dan untuk meningkatkan warna pada irisan deli dan daging yang diawetkan seperti bacon, salami dan sosis, nitrat dapat dikaitkan dengan depresi.

Satu studi baru-baru ini bahkan menunjukkan bahwa nitrat dapat mengubah bakteri usus sedemikian rupa sehingga mengarah pada gangguan bipolar.

“Jika Anda tidak bisa hidup tanpa salami dan sosis, carilah yang mengandung tepung soba, yang digunakan sebagai pengisi. Tepung soba mengandung antioksidan penting yang dapat melawan beberapa efek kesehatan negatif dari daging ini,” kata Dr. Uma Naidoo.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Prancis Laporkan 47.177 Kasus Baru COVID-19; Rekor Harian Tertinggi Sejak April

Anak-anak di Belanda Adalah yang Paling Bahagia di Dunia; Inilah yang Dilakukan Orang Tua Secara Berbeda