Masih Ingat Sumanto? Begini Keadaannya Sekarang

Seseorang bisa saja melakukan kesalahan. Namun bukan berarti ia tak pantas untuk mendapatkan kesempatan kedua. Terlebih jika ia sudah dihukum atas kesalahan yang pernah ia perbuat. Sama halnya seperti Sumanto. Masih ingat bukan dengannya? Sumanto merupakan sosok pria yang beberapa tahun silam sempat membuat masyarakat gempar.

Hal tersebut disebabkan karena pada 2003 silam ia mengkonsumsi daging mayat. Namun sejak tahun 2006 lalu Sumanto sudah keluar dari tahanan. Ia dipidana lantaran kasus yang ia lakukan, yakni membongkar makam serta mengambil mayat. Meskipun Sumanto sudah bebas, pria ini tak begitu benar-benar menghirup udara yang bebas.

Pasalnya warga sekitar tempat tinggalnya, yakni di desa Plumutan, Kemangkon, Purbalingga menolak kehadiran Sumanto di desanya. Namun Sumanto masih beruntung lantaran seorang pengasuh dari panti rehabilitasi mental Annur, Bungkanel Karanganyar, Purbalingga bernama Supono bersedia untuk menampung dirinya. Sudah cukup lama Sumanto tinggal di panti tersebut, tetapi fisiknya tak begitu banyak mengalami perubahan. Ia masih memiliki bentuk tubuh yang gempal, serta tak tampak banyak uban di rambutnya.

Sumanto masih tetap memiliki kumis panjang yang khas, bahkan hampir bersatu dengan jenggotnya. Hanya saja kulit pipinya sudah menjadi agak kempot. Supono pun mengaku jika kepribadian Sumanto sudah banyak berubah sejak tinggal di pantinya. Pribadi Sumanto menjadi lebih baik, bahkan ia beraktivitas normal sebagaimana warga biasa. Mulai dari bertani, memberikan makan burung, mencabut rumput hingga membantu Supono.

Tak hanya menjalani aktivitas sosial pada umumnya, Sumanto juga ikut dalam pengajian yang diadakan di panti. Bahkan Sumanto pun juga ikut membaca ayat-ayat Al-Qur’an. Beberapa kali Sumanto juga dipercaya untuk beradzan. Namun sayang, kemajuan yang dialami Sumanto ini tak membuat stigma mengerikan dalam dirinya dilupakan begitu saja oleh masyarakat.

Ia tetap mengalami penolakan saat beebrapa kali sempat kembali ke rumah kedua orang tuanya. Padahal dirinya ingin kembali ke pelukan orang tuanya serta menjalani aktivitas normal seperti masyarakat biasa.

Tak hanya impian untuk kembali ke rumah saja yang dimiliki Sumanto, melainkan ia juga ingin menikah serta diterima oleh sosok perempuan. Tentu saja sebagai manusia dirinya pasti mengharapkan kehadiran pendamping. Namun setelah stigma miring yang dialamatkan warga padanya tersebut ia pesimis bisa mewujudkan impiannya itu.