in ,

Desa Gurusina, Desa Ala Flinstone di Pulau Flores

CakapCakap – Beberapa jam lalu tersiar kabar duka dari sahabat kita yang berada di Pulau Flores. Telah terjadi kebakaran yang melahap habis Kampung Adat di Gurusina. Untuk Cakap People yang belum familiar dengan kampung adat satu ini, kali ini CakapCakap akan memebrikan sedikit cerita mengenai kampung yang terleta di Kabupaten Ngada di Pulau Flores satu ini.

Desa Gurusina

Desa adat Gurusina via http://4.bp.blogspot.com/-mn45ChRQSgQ/ViYCGWscenI/AAAAAAAAFyU/yU-joeFu25o/s1600/DSCF1307.JPG

Gurusina merupakan salah satu sekian desa tradisional yang berada di kecamatan Ngada, Flores Tengah. Desa ini terletak di lembah Jerebuu, dibawah kaki gunung Inerie yang kurang lebih berada di 25 km arah selatan kota Bajawa. Gurusina terdiri dari 33 rumah-rumah beratap jerami tinggi yang terletak di sekitar empat-lapis area bertingkat.

Kabupaten Ngada sendiri memiliki banyak simbol budaya Ngada yang tersebar diseitar desa-desa tradisional lainnya termasuk, Bena, Tololela, Bela dan Luba. Pemandangan sekitarnya dicirikan oleh puncak gunung berapi, hutan lebat, lahan pertanian dan tebing gunung yang cukup curam. Kalau kamu ada kesempatan untuk datang ke desa ini, kamu pasti sangat tertarik untuk melihat kombinasi warisan budaya dan kekayaan alam yang luar biasa.

Pemilihan Nama Marga

Rumah adat di Desa Gurusina via http://1.bp.blogspot.com/-dvfisrsOjFA/ViYBbA74uvI/AAAAAAAAFw0/mrla3UUVsM4/s1600/DSCF1295.JPG

Jika kamu melihat bentuk atap rumah adat tersebut, ada yang memasang simbol Nga’dhu (laki-laki) dan simbol perempuan (Bhaga). Apabila di atap rumah tersebut memasang simbol laki-laki, berarti isi rumah tersebut adalah orang-orang yang mengambil dari ayah mereka. Sedangkan yang bersimbol wanita (Bhaga) di atap, berarti mereka mengambil marga ibu mereka.

Desa ini memang tak ada keharusan sistem patrilineal atau matrilineal dalam penerununan nama marga. Pengambilan marga orang Nga’dha sangatlah unik. Ketika sang bayi lahir ke dunia, si ibu terus menyebutkan nama-nama marga (baik dari si ibu maupun sang ayah). Nah, si bayi sendirilah yang nantinya akan memilih nama marganya. Bagaimana caranya? Ketika si ibu menyebutkan satu per satu marga dari keluarga si ibu dan si ayah. Apabila saat yang bersamaan si bayi bersin dan B. A. B, itu artinya si bayi sudah bisa memilih marganya sendiri. Jadi, salam satu keluarga ini, bisa saja marga si anak berbeda-beda. Hmm….. Unik Juga ya Cakap People?

Rumah Adat

Ada simbol khusus di atap rumah Desa Gurusina yang diambil dari marga ayah atau ibu via http://1.bp.blogspot.com/-dvfisrsOjFA/ViYBbA74uvI/AAAAAAAAFw0/mrla3UUVsM4/s1600/DSCF1295.JPG

Rumah adat di desa Bena, Gurusina, dan Tololela kebanyakan masih beratapka jerami dan kayu. Masa guna atap dan jerami bisa mencapai hingga 20-25 tahun. Setelah itu, atap harus segera direnovasi. Nah, setelah renovasi, keluarga di rumah adat harus mengadakan pesta adat renovasi rumah.

Menurut warga setempat, untuk melakukan renovasi akan memakan biaya sekitar kurang lebih 300 juta. Biaya yang cukup mahal ya, hanya untuk mengganti atap jerami saja. Nah, itulah mengapa jika kamu kesana, Cakap People harus membayar retribusi ke pihak desa. Dana yang terkumpul nantinya akan digunakan untuk merenovasi rumah adat yang perlu direnovasi dan menggelar pesta adat. [YN]

This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!

Menilik Sejarah Perihal Seragam Pramuka yang Berwarna Cokelat

Inilah 10 Pembatas Unik dan Sulit Dinalar Antar Negara-negara