in

Dear Thailand : Ketika Cinta Kita Berbeda Negara, Rasa Itu Kuat Memeluk..

Love has no barrier. Meskipun dia tidak bisa bahasa Inggris dan saya juga tidak bisa bahasa Thailand, tapi justru kita saling menyayangi.”Aninditya Yumna Maisyaroh, Global Volunteer For The SDGs – Thailand, Mahasiswi Universitas Hasanuddin Makassar, 20 Tahun.

CakapCakap – Cinta memang tak mengenal batasan. Ia adalah bahasa universal. Ia mengalir dan tumbuh dan dirasakan oleh jiwa-jiwa yang hangat. Ia menyeruak ke relung-relung sanubari hati yang tak bertepi. Ia menyejukkan dan menghangatkan rasa melalui misi mulianya. Begitulah ia cinta..

Dan ia adalah Aninditya Yumna Maisyaroh (20 tahun). Yuyun biasa ia disapa adalah salah satu mahasiswi tahun ketiga di Universitas Hasanuddin Makassar. Yuyun baru saja kembali dari menjalankan tugasnya sebagai Global Volunteer untuk SDGs di Thailand. Ia adalah satu dari beberapa mahasiswa Makassar yang melakukan sebuah project khusus di luar negeri untuk membantu menyelesaikan masalah SDGs di dunia.

Yuyun melakukan sebuah project yang berhubungan dengan SDGs nomor empat yaitu Quality Education di Provinsi Nakhon Ratchasima, Thailand, yaitu project mengajar anak kelas empat setara Sekolah Dasar sebagai guru bahasa Inggris. Selama disana, dia bercerita bahwa banyak hal baru yang berhasil dia dapatkan, termasuk cinta.

“Selama project ini, saya mendapatkan banyak hal berharga dalam hidup saya termasuk saya mendapatkan keluarga baru, saya juga bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi guru, saya bisa mengenal anak-anak yang sangat lucu dan sayang sama saya.” Ujarnya sambil tersenyum.

Ada kebiasaan menyenangkan yang selalu dilakukan anak-anak setiap pagi di sana. Mereka menyebutnya Morning Hug Routine. Mereka memberikan pelukan hangat untuknya setiap hari, setiap pagi.

Kebiasaan menyenangkan bersama anak-anak melakukan ‘Morning Hug Routine’.

Selama enam minggu di sana, anak-anak memeluk Yuyun saat ia baru datang ke sekolah sambil berteriak “Good morning, Teacher Yumna..!” Rasanya benar-benar tak bisa dibayar dengan apapun saat memeluk mereka. Bahkan menurutnya, anak-anak ini berhasil mengobati perasaan insecurity dirinya sendiri dengan keceriaan mereka.

Ketika menjalankan tugasnya di Thailand, Yuyun tinggal bersama House Family. House Family yang dia dapatkan adalah seorang Ibu yang suaminya telah meninggal dunia. Ia tinggal sendirian dan sering merasa kesepian karena anak semata wayangnya menempuh pendidikan kuliahnya di Kota Bangkok.

Dia adalah Ibu Taa. Ibu Taa adalah seorang guru yang juga mengajar di tempat Yuyun menjalankan projectnya. Meski keduanya memiliki language barrier, perbedaan bahasa, namun mereka berhasil membangun hubungan kedekatan yang sangat kuat. Ibu Taa sudah seperti Ibu sendiri bagi Yuyun. Ibu Taa bahkan tak kuasa menahan tangis sedihnya ketika harus berpisah dengannya. 

“Ibu Taa sangat sedih pas saya mau kembali ke Indonesia. Dua hari sebelum saya balik, beliau sangat sedih sampai menangis dan meminta saya untuk tidak pergi.” kenangnya.

Kami berhasil membangun kedekatan satu sama lain. Bersama Ibu Taa, House Family di Thailand.

Namun, kehidupan terus berjalan dan Yuyun harus kembali ke Indonesia setelah masa tugasnya selesai. Yuyun berjanji akan kembali datang ke sana sebelum anak-anak lulus kelas enam nanti. Meski berbeda negara, berbeda bahasa, mereka masih berhubungan baik, masih menjalin komunikasi dengan Ibu Taa dan murid-muridnya. Bahkan setiap malam mereka selalu melakukan video call untuk menghilangkan rasa rindu satu sama lain.

Dari seluruh perjalanan itu, Yuyun memiliki pesan untuk semuanya yang merasa insecure dengan dirinya sendiri. Ia berpesan agar yakin dan percaya dengan kuat apapun yang dilakukan. Fokuslah pada impianmu dan wujudkanlah dengan sungguh-sungguh.

“Tidak ada yang tidak bisa kita lakukan. Meski awalnya kita pikir mustahil, tapi jika hal itu dilakukan dengan sungguh-sungguh dan fokus dengan keinginan kita, pasti kita bisa lakukan apa yang kita inginkan” tutupnya.

Dear Thailand..! Terimakasih pelukan hangatnya. Semoga kehadiranku memberikan energi positif untuk anak anak memeluk masa depannya. Kalian mengajarkanku betapa kehangatan itu adalah energi besar yang menguatkan dan menghapus rasa gundah yang berlebihan, dan aku membuktikannya..

Penulis  : Muh Resky Ariansyah

Foto      : Aninditya Yumna Maisyaroh (Dokumen Pribadi)

 

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Fantastis! Anak Lebih Dari 3, Hungaria Berikan Rp124 Juta Buat Beli Mobil Warganya

Ini Dia Ponsel Dengan Radiasi Terbesar. Mungkin Salah Satunya Punya Kamu?