in

Adrian, Menggengam Impian yang Bukan Keajaiban

Saya sudah tidak sekolah, Kak. Cuma sampai kelas dua SD. Tapi saya bercita-cita jadi Polisi. Doaku supaya Bapak bisa segera keluar dari penjara.” -Adrian, 12 Tahun, Putus Sekolah-

CakapCakap – Hidup kadang terlalu keras untuk sebuah impian terwujud dengan nyata. Banyak tantangan yang harus dihadapi dan membutuhkan mental yang kuat untuk menggapainya. Begitulah Adrian dengan hidupnya. Saat anak-anak seusianya sedang bermain dan sekolah, ia melupakan sesaat masa-masa itu. Ia harus bekerja.

Siang itu, setelah menyelesaikan meeting di sebuah kantor di Makassar, saya teringat ada sisa kembalian uang yang belum saya ambil pagi tadi di sebuah kafe dekat kantor di mana saya meeting. 

Adrian. (Foto : CakapCakap)

Di kafe itu, saya menjumpai Adrian yang sedang menawarkan dagangannya kepada para pengunjung kafe. Ada tiga bungkus tisu di tangannya dan sekantong plastik kresek yang ditenteng dengan tangan kecilnya.

“Kak, tisunya. Rp10.000 dapat tiga, Kak,” begitu Adrian menawarkannya.

Saya memandang Adrian dari kejauhan. Kemudian ia bergerak mendekati meja kasir, di mana saya sedang berdiri. Wajahnya penuh semangat dan tak menyerah meski belum ada pengunjung kafe yang membeli tisu jualannya.

“Saya sudah tidak sekolah, Kak. Sejak kelas 2 SD,” jawab Adrian saat memulai obrolan dengan Cakap Team, Rabu 13 Maret 2019.

Mengenakan kaos putih berlengan hijau, celana pendek dan sandal jepit di kakinya, ia bercerita sejak Ayahnya di penjara, ia harus berjualan tisu dan terpaksa berhenti sekolah.

“Bapak di penjara karena kasus perkelahian, Kak. Sejak saat itu saya harus membantu Ibu dengan berjualan tisu,” ujar Adrian dengan wajah menerawang jauh. Suaranya terdengar lirih dan matanya berkaca-kaca.

Adrian menyusuri jalan-jalan kota Makassar dengan sepedanya, menjajakan tisu jualannya mulai dari jam 11 siang hingga jam 12 malam. Mulai dari titik lampu merah hingga ke kafe-kafe, ia tak malu menjajakan tisunya demi sebuah kehidupan. Melupakan sejenak waktu bermainnya dengan teman-teman.

Adrian, anak kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya, 14 tahun, juga berjualan tisu dan tak sekolah. Ibunya menjaga adik kecilnya yang baru berusia 3 tahun. Dulu, ia tinggal di sektor Daya dan bersekolah di sana. Namun, sejak kasus perkelahian Ayahnya, ia dan keluarga harus pindah rumah di Jalan Sukaria Makassar. Sejak saat itu, ia juga berhenti sekolah.

“Penghasilan saya tidak tentu, Kak. Paling banyak itu Rp50.000 sehari, sudah alhamdulillah,” kini dengan suara semangat Adrian menjawab.

Adrian mengaku tak takut saat pulang ke rumah hingga hampir tengah malam sendirian dengan sepedanya. Bahkan saat terik atau hujan sekalipun, ia tetap penuh semangat menjalani harinya.

“Saya pengen jadi Polisi, Kak. Selalu berdoa supaya Bapak cepat keluar dari penjara biar saya bisa sekolah lagi. Saya masih mau sekolah, Kak,” harap Adrian.

Adrian tetap berani dengan impiannya. Semangatnya untuk bisa kembali sekolah tak memadamkan setiap do’a-do’anya agar Ayahnya segera berkumpul kembali dengan keluarganya.

Melihat Adrian, saya teringat Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Colin Powell pernah berkata “sebuah mimpi dapat terwujud bukan karena keajaiban, melainkan karena keringat dan kerja keras.”

Comments

One Ping

  1. Pingback:

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Suzuki Vitara Akan Gunakan Nama Toyota di India, Seperti Apa?

Trailer Avengers: Endgame Rilis, Captain Marvel Resmi Bergabung