in ,

Jaga Warisan Budaya, Bengkel Kecapi Yusri Go Internasional

Alat musik tradisional kecapi memang tidak sepenuhnya familiar. Terlebih saat ini dengan gempuran alat musik modern serta digital dari seluruh dunia. Membuat salah satu alat musik warisan budaya Indonesia ini dengan mudah dilupakan. Hilangnya warisan budaya ini yang akhirnya menggelitik sebuah kelompok musisi dan seniman di Maros, Sulawesi Selatan.

Melihat terancamnya warisan budaya alat musik kecapi akan hilang ditelan jaman, sekelompok seniman ini lantas membuat sebuah bengkel khusus. Lembaga Rumah Kecapi Maros, menjadi bengkel yang didedikasikan untuk berlatih hingga membuat alat musik kecapi dengan kualitas terbaik.

Bengkel alat musik Lembaga Rumah Kecapi Maros ini berdiri di kediaman milik Muhammad Yusri Yusuf di Kelurahan Allepolea, Kecamatan Lau, Maros. Tak kurang dari 10 orang seniman setiap harinya berkumpul di bengkel tersebut untuk membuat alat musik tradisional Kecapi atau yang biasa juga disebut dengan Kacaping, gambus dan keso-keso.

“Sudah 20 tahunan kita buat bengkel ini untuk melestarikan budaya dan tradisi Bugis Makassar. Bagi saya dan teman-teman, uang itu nomor sekian, kami selalu mengutamakan kepuasan dari sebuah karya seni,” kata Yusri saat dijumpai, Selasa (27/3/2018).

Yusri mengungkap bahwa salah satu cara mereka menjaga dan melestarikan warisan budaya alat musik kecapi tersebut dengan aktif mempromosikannya. Usaha tersebut tak sia-sia. Mengingat usaha bengkel kecapi Yusri sudah go internasional dan dikirim hingga ke benua Amerika dan Eropa.

Di bengkel tersebut, alat musik kecapi memang tak dibuat sembarangan. Semua bahan yang digunakan, terutama kayu merupakan material pilihan terbaik. Ini demi menjaga kualitas serta suara yang dihasilkan oleh kecapi ini nantinya. Selain itu nyaris semua proses pembuatan dilakukan oleh tangan. Sehingga memang sebuah alat musik kecapi bisa dibuat selama 3 hingga 7 hari.

“Kita memang tidak sembarangan memilih jenis kayu karena akan berpengaruh ke kualitas suara yang dihasilkan. Membuat satu alat musik tradisional di sini memang butuh kesabaran dan keuletan karena kita tidak menggunakan mesin,” lanjutnya.

“Kecapi khas Makassar yang berbentuk perahu Phinisi sangat jelas melambangkan identitas kesukuan. Orang Bugis dan Makassar sejak dulu dikenal sebagai pelaut ulung yang diakui. Identitas inilah yang menjadi pesan dalam fisik kecapi. Belum lagi syairnya yang banyak bersumber dari tulisan kuno, semua sarat dengan pesan moral,” imbuhnya.

This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Kisah Pilu Nenek Indo Tuo di Bone yang Tinggal di Gubuk Reyot

Satu-satunya Batas Untuk Realisasi Kita Esok Akan Menjadi Keraguan Kita Hari Ini